Kamis, 10 Oktober 2013

Pengajuan Perdes Oleh Dinas Tentang Budidaya Burung Hantu


Gudang Burung Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Grobogan telah memulai program penangkaran burung hantu pada tahun ini. Keberadaan burung hantu dinilai akan menjadi predator alami tikus sawah yang menjadi hama pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Grobogan Edhie Sudaryanto mengatakan penangkaran baru dilakukan di dua wilayah yakni Kecamatan Godong dan Gubug. Hal itu menjadi stimulan, dan diharapkan wilayah lain bisa melakukannya secara swadaya.
“Tahun ini programnya penangkaran dan tahun depan pembuatan rumah burung hantu (rubuha),” kata Edhie seusai memeberikan paparan dalam acara Sarasehan Kontak Tani Nelayan Andalan di Gedung Riptaloka Setda Grobogan, Kamis (10/10).
Rubuha tesebut ditempatkan di masing-masing desa. Terutama yang memiliki wilayah pertanian besar dan produktif. Idealnya, ada satu rubuha di satu hektare lahan pertanian. Dalam satu rubuha minimal ada sepasang burng hantu, agar cepat berkembang biak.
Edhie menjelaskan jika karakter burung hantu yang nomaden (berpindah-pindah) tidak sama dengan burung piaraan lainnya. Burung hantu selalu tinggal di lokasi yang terdapat sumber pangan melimpah. Oleh karenanya masyarakat tidak boleh hanya mengandalkan burung sebagai penghilang hama tikus. “Gropyokan tikus harus terus dilakukan. Pelaksanaannya pun harus tepat waktu dan cari induknya,” kata Edhie.
Untuk menjalankan program tersebut secara serempak, pada tahun depan akan dibuat Peraturan Desa (Perdes). Perdes juga akan berisikan larangan mengganggu atau membunuh burung hantu.
Ketua KTNA Grobogan Wardi menyatakan sangat mendukung penangkaran burung hantu tersebut. Alasannya hama tikus sangat merugikan petani karena bisa menurunkan hasil tani hingga 75 persen. Itu terjadi saat hewan pengerat tersebut mulai tumbuh dewasa. Hama tikus juga menyerang segala macam tanaman mulai dari padi, jagung hingga sayuran. “Tikus ini memang setiap tahun menjadi kendala. Makanya penangkaran burung hantu harus dilakukan oleh petani,” ujar Wardi.
Persoalan lain yang dihadapi petani saat ini adalah kemarau yang berkepanjangan. Jelang musim tanam, suplai air sangat terbatas sehingga menyulitkan petani untuk mempersiapkan lahan. Di samping itu keterbatasan tenaga penyuluh membuat transfer teknologi pertanian tidak bisa maksimal.

0 komentar:

Posting Komentar