Jumat, 26 Juli 2013

Kisah Sukses Penghobi Burung dari Padang



Gudang Burung Demi mengejar kepuasan sebagai orang peburung sejati, tiga, empat, lima ekor burung piaraan bergelantungan di teras rumah terkadang masih belum cukup. Bagi orang awam, mung­kin ini di­ang­gap sesuatu yang gila. Na­mun bagi mereka penikmat nyanyian burung justru sebuah kebahagiaan tanpa batas.


Lantas apakah menggeluti hobi hanya untuk mene­nang­kan hati dan fikiran di rumah? Ternyata ini tergantung seperti apa planning seseorang dalam menggeluti hobinya. Jika sasa­rannya hanya untuk mencari kepuasan batin, maka kepua­san batin yang didapat. Bila orien­tasinya ma­teri, tidak ter­tutup kemung­kinan seseorang itu akan men­dapatkan apa yang diharap­kan. Bahkan, dengan hobi se­se­orang juga bisa men­jadi menjadi jutawan.

Nando Single Fighter (SF), 32, seorang kicau mania asal Lukah Pandan, Kecamatan Lubuk Sikarah, Kota Solok yang telah  dinobatkan sebagai Raja Suma­tera skop nasional kelas Murai Batu (MB) lewat berba­gai iven, juga punya cerita tersendiri soal dunia burung. 

Baginya meme­lihara burung bukan se­kadar hobi. Ini  ajang  me­latih kesabaran, pengen­dalian emo­si, sekaligus sumber mata air (pendapatan keluar­ga).  Sete­lah lebih lima tahun meng­geluti dunia ini, bapak satu pu­tri ini pun menemukan jati dirinya.

Ketika disinggung soal ke­na­pa menerjuni dunia kicau­mania hingga mendirikan coun­­ter burung di kawasan jalan lintas Lukah Pandan, Kota Solok, kepada Padang Ekpres, kemarin (23/6), man­tan pengusaha bengkel sepeda motor ini me­ngaku, semua berawal dari masukan seorang temannya, setelah sebelumnya usaha bengkelnya tidak lagi bisa diandalkan untuk mem­biayai beban hidup keluarga. Dengan modal Rp10 juta, mu­lai didirikan counter burung tahun 2009 lalu.

Lama kelamaan, Nando pun kian kepincut dan merasa nyaman sebagai seorang ki­caumania, hingga perhatian sempat ter­curah pada tiga ekor burung piaraan yang dibelinya dari tukang pikat, yakni jenis Murai Batu, Cucak Hijau Super, dan Love Bird.

Berkat sabar, akhirnya mim­pi Nando perlahan men­jadi kenyataan. Satu persatu iven dimenanganinya, hingga akhir­nya dinobatkan sebagai Raja Sumatera bersama tujuh senja­ta pa­mungkasnya, yakni Murai Ba­tu, Cucak Hijau Super, Cucak Hi­jau Kepala Ku­ning, Kapas Tem­bak, Love Bird, Kacer, dan Kenari.

Sempat diceritakannya, pada awal Juni lalu dalam lomba dan pameran burung berkicau Tingkat Sumatera Pesona Nusantara Tobasa Award, meraih juara I  kelas pariwisata jenis Love Bird, Juara II dan III kelas PG3SD jenis Love Bird, Juara  kelas Akbid P3SD jenis Cucak Hijau, Juara V kelas Pariwisata jenis Murai Batu, Juara VI kelas Bupati jenis Murai Batu. Di akhir 2012 lalu, juga sukses dalam Mega Iven Raja Su­matera  LKMI di Padang, me­raih nominasi terbaik juara I kelas Murai Batu atas nama Raden Udara hingga dino­bat­kan sebagai Raja MB Sumatera.

Begitupun di kelas lainnya, mendapat juara I kelas Love Bird Sumatera dan dinobatkan sebagai Love Bird Champion. “Sebetulnya, awalnya saya cukup gamang akan bisa men­jadi jawara, mengingat para pesaing kebanyakan kalangan berduit, konglomerat, bersa­maan burung tandingnya yang mahal, sementara saya hanya­lah orang biasa-biasa saja, mobil pun rentalan. Namun saya percaya diri saja untuk selalu tampil,” tutur Nando kembali mengenang masa lalunya.

Nando juga berpan­dangan, menikmati hobi tidak boleh setengah-setengah. Menik­mati hobi juga harus menjadi ba­hagian dari gaya hidup di­ser­tai rasa keiklasan, karena  hobi bukan mutlak masalah materi, dengan kondisi sede­r­hana pun tetap bisa menjadi jawara asalkan berani dan gigih.  Bila momongan (burung rawatan-red) sudah kategori jawara, nilainya bisa melampoi harga mobil baru.

“Kuncinya, adalah setelan harian, mulai dari mandi, pen­jemuran, perlakuan hingga bagaimana pengaturan pakan yang baik. Hindari penekanan karakter secara berlebihan, sebab ada kalanya momongan itu lagi tidak mood, jadi biar­kan saja prilakunya mengalir. Upaya­kan juga agar anggota keluarga ikut menyayangi bu­rung piaraan di rumah,” imbuh Nando.

0 komentar:

Posting Komentar