Jumat, 30 Agustus 2013

Populasi Cangak Awu di Hutan Munu UGM Overpopulation


Gudang BurungHutan mini di lingkungan Universitas Gadjah Mada saat ini mengalami gangguan keseimbangan ekosistem terutama pada hutan mini yang berada di sebelah utara Gedung Pusat.

Gangguan ekosistem itu disebabkan populasi burung jenis kuntul-kuntulan terutama cangak awu (abu-abu) atau Ardea Cinerea yang melampaui daya dukung hutan mini.

Hal itu diungkapkan Direktur Pengelolaan dan Pemeliharaan Aset Universitas Gadjah Mada, Sudarmoko. Lebih lanjut ia mengemukakan, jumlah burung cangak yang ada di hutan tersebut sudah terlalu banyak sehingga mendesak keberadaan burung-burung lainnya terutama burung kecil.

"Burung-burung berkicau yang ukurannya lebih kecil di hutan itu terdesak oleh keberadaan cangak awu. Akibatnya keaneka-ragaman burung di hutan mini itu juga berkurang," ujarnya.

Untuk menjaga keseimbangan ekosistem di hutan mini tersebut, jelasnya UGM memangkas lima pohon yang tumbuh tertinggi di hutan tersebut. Ia mengemukakan pohon yang sangat tinggi itu menjadi tempat tinggal burung-burung cangak.

"Melalui pemangkasan ini diharapkan sebagian burung cangak awu akan berpindsh ke hutan mini Fakultas Biologi yang berada sekitar 500 meter dari hutan mini utara Gedung Pusat dan sebagian lainnya berpindah ke hutan mini di Lembah UGM yang berada sekitar 500 meter di sebelah timur hutan mini utara Gedung Pusat.

Jika keberadaan cangak awu ini berkurang ujarnya lagi diharapkan keaneka ragaman burung akan kembali meningkat.Pada kesempatan itu, Sudarmoko menambahkan, untuk menjaga keseimbangan lingkungan, UGM juga sudah membentuk Tim Vegetasi.

Tim ini,katanya akan memelihara lingkungan termasuk monitoring vegetasi kampus, pemeliharaan tanaman, penanaman tanaman dan bahkan regenerasi tanaman.Ketua Tim Vegetasi UGM Dr Mochammad Na'iem menambahkan, burung cangak mengeluarkan kotoran (manure) yang memiliki kadar keasaman yang tinggi.

Kotoran burung ini, jelasnya, juga telah merusak sebagian tanaman karena debu kotoran telah menutup pori-pori batang pohon.


"Respirasi dan asimilasi pohon menjadi terganggu, akibatnya sejumlah pohon mulai meranggas," katanya.

Menyinggung jenis pohon yang dipangkas, kata Na'iem adalah jenis sengon dan spathodea yang sebenarnya bukan tanaman umur panjang. Sehingga, ungkapnya jika dibiarkan tumbuh tinggi justru bisa membahayakan karena bisa roboh ketika terkena angin kencang.

0 komentar:

Posting Komentar