Gudang Burung - Bagi Rustam (50), telepon seluler (ponsel) tidak sekadar sebagai alat untuk berkomunikasi. Ponsel juga dimanfaatkan warga Gampong Bintah, Kecamatan Madat, Aceh Timurini untuk menangkap burung di sawah.
Pada suatu hari lima tahun yang lalu, tutur pria ini kepada Serambi, Senin (12/8), dirinya kehabisan ide bagaimana cara menangkap burung, terutama ruak-ruak (ayam-ayaman) yang dalam bahasa Aceh dinamai bu-bruek.Burung yang bersuara nyaring ini susah ditangkap meskipun memakai jaring khusus, apalagi dengan cara menyergap langsung di sarangnya.Akhirnya muncullah ide untuk memancing dengan suara rekaman burung, menggunakan handphone (hp). Bermodalkan seratusan ribu rupiah, Rustam pun mencari hp bekas di pasar yang bisa merekam suara. Untuk mendapatkan suara, Rustam menunggu sang burung berkoar-koar, lalu merekam suaranya dengan hp tersebut.
Berbekal suara rekaman yang sudah dimilikinya, esok malamnya, Rustam pun mulai memburu ruak-ruak. “Menangkapnya harus malam hari,” kata pria ini.
Cara kerja Rustam begini. Pertama-tama ia taruh hp dan memutar suara burung tersebut di lokasi penangkapan. Ketika suara terdengar, si burung akan mendekati suara tersebut. Rustam yang sudah menyelinap sedari tadi langsung menghidupkan lampu senter menyorot mata burung. Lalu burung yang tak lagi berkutik itu dia tangkap dan dimasukkan ke dalam keranjang satu per satu.
Rustam mengaku beraksi setiap malam mulai pukul 20.00 sampai pukul 00.00 WIB. “Ya, lumayanlah, setiap malam bisa dapat puluhan burung,” katanya. Burung-burung itu dijual Rp 5.000 per ekor. Selain bisa menambah penghasilan, burung-burung ini juga bisa menambah menu hidangan keluarga Rustam di rumah.
Burung yang nama ilmiahnya Amaurornis phoenicurus ini dapat hidup di kawasan berair seperti sawah, payau, maupun hamparan padang terbuka. Makanan utamanya serangga. Suaranya bising, terutama pada waktu subuh dan magrib. Dari suaranya yang bising itulah Rustam berhasil menangkapnya dan menjadi sumber pendapatan harian baginya.
0 komentar:
Posting Komentar