Selasa, 24 September 2013

Petani Sleman Basmi Tikus dengan Tyto Alba


Gudang BurungBerbekal studi banding ke Kabupaten Demak, Jawa Tengah, warga Dusun Kruwet, Desa Sumberagung, Moyudan kini memiliki burung hantu sebagai pemangsa tikus. Keberadannya dinilai dapat mengurangi hama secara signifikan
Akhirnya warga dusun yang terbentuk dalam Kelompok Tani 'Tanjung Anom' Kruwet, Sumberagung, Moyudan, Sleman memiliki solusi mengurangi hama tikus yang mengganggu tanaman padi di sawah mereka. Sebelumnya, mereka terus mencari predator tikus yang selalu merugikan panen mereka.
Ketua Kelompok Tani 'Tanjung Anom' Tugi Wiyono mengatakan, pada September 2012 lalu, ia dan beberapa anggota kelompok tani lainnya nekat ke Demak untuk belajar menumpas binatang pengerat yang merusak padi.
"Kami tidak mendapat bantuan siapapun. Kami ke Demak secara swadaya dengan biaya sendiri. Tujuan kami untuk studi banding soal burung hantu yang katanya bisa menjadi predator bagi tikus," jelasnya, Rabu (25/9/2013).
Ternyata, setelah membawa pengalaman dari Demak, ia mengakui dan baru menyadari jika burung hantu berjenis Tyto Alba itu mampu menjadi pengusir tikus yang efektif. Kini setidaknya kelompok tani yang dibentuknya telah memiliki tak kurang dari 67 ekor burung hantu.
"Yang akhirnya saya ketahui adalah, tikus ternyata takut kalau mendengar suara burung hantu. Selain itu, burung hantu memang mau memakan tikus. Jadi memang sudah tepat kami gunakan burung hantu untuk mengusir tikus," jelasnya.
Sistem pengamanan yang baru pertama kali ada di DI Yogyakarta itu diklaim mampu mengurangi hama tikus hingga 40 persen. Untuk itu, jumlahnya akan terus ditingkatkan agar efektivitas sebagai predator juga meningkat.
"Saat ini sejak januari lalu, baru ada sebanyak 67. Tapi nanti kami targetkan kami harus punya 260 ekor sebelum akhir tahun ini. Dengan jumlah itu, kami kira akan lebih efektif untuk lahan seluas 430 hektare," terangnya.
Penangkaran dan pengembangbiakan burung hantu di Dusun Kruwet juga dilakukan secara mandiri. Caranya, anggota kelompok tani membuat rumah burung hantu (rubuha), yang kini telah mencapai 16 unit. Dana untuk pembuatannya pun masih swadaya anggota kelompok tani. Nilai per rubuha mencapai Rp 250 per unit.
Rubuha ditempatkan di setiap jarak sekitar 25 meter di persawahan. Di tempat tersebut pula, setiap burung hantu tinggal dan menetap. Dan yang paling penting, tempat itu adalah markasnya sebelum memburu tikus.
"Setelah ada burung hantu, memang panen kami bertambah saat kami belum punya. Sebelumnya kami juga hanya mengandalkan gropyokan untuk memburu tikus," tuturnya.
Efektifitas burung hantu memang tidak untuk selama masa tanam hingga panen padi. Burung hantu hanya efektif jika tanaman belum terlalu tinggi atau pada awal masa tanam hingga 30 hari. Meski begitu, hal itu tetap berdampak positif bagi perkembangan tanaman padi selanjutnya.
Kini warga Kruwet mampu menghasilkan setidaknya hingga 6 ton gabah kering giling atau sekitar 7,5 gabah basah setiap hektare lahan. Setiap tahun, mereka terus berupaya meningkatkan hasil pertanian dengan memperbaiki sistem tanam dan mengefektifkan penanganan hama.
Dalam tempo dua tahun, anggota kelompok tani 'Tanjung Anom' dapat menanam padi hingga lima kali. Dengan begitu, setiap tahun mereka bisa panen hingga tiga kali. Dengan masa tanam September tahun ini, mereka akan panen pada awal Januari tahun depan.

0 komentar:

Posting Komentar