Gudang Burung - Hal-hal seputar alam selalu menarik untuk diperhatikan. Salah satunya adalah musim dingin yang dimulai sekitar bulan September 2013.
Penggiat Kehidupan Burung Fransisca Noni mengatakan musim tersebut membuat beberapa hewan bergerak bersamaan melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Kegiatan yang biasa disebut migrasi ini bertujuan untuk menghindari cuaca yang ekstrem dan minimnya pakan agar mereka tetap bertahan hidup.
Salah satu hewan yang memiliki ciri khusus saat bermigrasi adalah elang. "Elang menemukan jalur migrasinya dengan menggunakan insting, tanda alam, medan magnetic dan posisi matahari," kata Noni dalam rilis yang diterima Tribunnews.com, Kamis (7/11/2013).
Karena migrasi terjadi setiap tahun, ujarnya, jalur yang digunakan para elang pun sama. Indonesia, sebagai salah satu jalurnya termasuk ke dalam East Asian Continental Flyway. Yaitu jalur dari Siberia ke Asia Tenggara. Jalur ini digunakan burung supaya tidak tersasar saat bermigrasi. Burung biasanya menggunakan pegunungan dan perbukitan sebagai acuan untuk terbang. Selain itu, ungkap Noni, pegunungan juga menyediakan pohon untuk bertengger dan sumber makanan supaya mereka tetap hidup.
Salah satu lokasi pengamatan dan jalur burung elang bermigrasi yaitu Bukit Paralayang, Puncak, Bogor. Bukit Paralayang merupakan tempat melakukan kegiatan atau latihan terbang. Di sisi bukit terdapat Gunung Pangrango dan Hutan Cibulao.
Noni mengatakan di tempat ini tersedia angin panas atau thermal yang dibutuhkan oleh para olahragawan paralayang dan juga para elang yang tengah bermigrasi.
Menurut Adam Supriatna pengamat burung elang yang sudah 17 tahun bergelut di bidangnya, Bukit Paralayang adalah salah satu lokasi jalur migrasi global jenis elang dan burung-burung lainnya. “Di sini kita juga bisa mengamati jenis elang langka seperti Elang kelabu, Baza hitam dan jenis endemik Elang Jawa,” tambahnya.
Selama musim migrasi, beberapa pengamat burung dari Jakarta, Depok, dan Bogor melakukan penghitungan jumlah burung migrasi yang melewati Bukit Paralayang. Pengamatan dilakukan pada awal September hingga akhir November. Para pengamat sudah berhasil menghitung sekitar 1.500 individu yang melewati Puncak. Jenis terdiri dari Sikep Madu Asia, Elang alap cina, elang alap jepang, dan elang kelabu.
Selain pengamatan, kegiatan penyadartahuan ke masyarakat juga diberikan. Sekitar 150 orang tertarik untuk mendatangi saat kami melakukan pengamatan.
“Ya ampun, banyak banget burungnya. Baru pertama kali saya lihatburung sebanyak ini,” ungkap salah satu pengujung yang diberi kesempatan untuk mengamati burung migran.
Karena sebagian besar pengunjung yang tinggal di Bogor dan Jakarta tersebut tidak mengerti tentang migrasi burung, maka para interpreter D3 Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Ekowisata membuat spanduk, menyapa para masyarakat yang berkunjung ke bukit paralayang dan memberikan informasi seputar migrasi.
“Kami memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang waktu migrasi burung, kenapa terjadi migrasi burung, jalur migrasi, asal kedatangan burung, puncak waktu migrasi, dan indikator waktu migrasiburung terhadap iklim global,” jelas Muchlis Julianda Situmorang, salah satu interpreter.
Selain itu mereka juga menjelaskan tentang ukuran tubuh, cara terbang, jenis makanannya, jumlah burung, dan habitatnya ketika burung migran sedang terbang melintas.
Bersama dengan para pengamat burung, pengunjung juga turut melihat bahkan ikut menghitung kelompok Sikep Madu Asia yang sedang terbang. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk melihat kelompok burung migran yang sedang terbang menggunakan binokular.
Banyak pengunjung yang tertarik dan takjub saat melihat kelompok besar burung migran sedang terbang. “Saya baru tahu burung juga migrasi,” ungkap seorang pengunjung.
Xatafiago Marcolessa Devega salah satu interpreter turut senang mengikuti kegiatan pengamatan ini. “Selain mengasah ilmu, kegiatan ini juga menjadi salah satu cara perlindungan elang bermigrasi. Jadi harus tetap dilakukan setiap tahun,” imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar